PemimpinKami Orang Mukmin, Bukan Kafir dan Munafik. Al-Qur'an, Harta Tertinggi dari Segala Hal Soal Hadits Polisi Laknat di Akhir Zaman, Ustadz Said Sungkar: Itu Benar, Taubat jadi Polisi anda Selamat! Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang umatnya menjadi polisi yang membantu penguasa berbuat zalim.
FenomenaAkhir Zaman; Pemerintah Yang Mementingkan Diri. (penguasa 'Iraq yang zalim di akhir era sahabat di bawah kepimpinan 'Abdul Malik bin Marwan - pen.). "Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi wali (pemimpin) bagi sebahagian yang lain dengan sebab apa yang mereka kerjakan." (Surah Al-An
Pemimpin akhir zaman, dia keturunan Nabi Muhammad.- Kebetulan, nama beliau ialah Muhammad Bin Abdullah. (mengikut banyak rekod hadis Sahih) (Al Kahfi 109) "Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang
Lantas apa saja syarat normatif pemimpin a la fikih yang patut dijadikan pedoman bagi pemilih dalam proses pemilihan itu. Pertama, pemimpin haruslah orang yang memiliki nilai-nilai religius yang kuat (beriman), menyandarkan segala kebijakannya pada landasan agama (QS. at-Taubah:23). Kedua, memiliki ilmu dan pemahaman yang luas serta kondisi
KewajibanMentaati Pemimpin Menurut Pandangan Islam. Arif Rahman Hakim 26/09/2019 0. Kewajiban mentaati pemimpin adalah suatu perintah dalam syariat islam sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits sangat banyak sekali. Dalil di dalam Al-Qur'an di antaranya adalah firman Allah ta'ala:
HMelihatfenomena yang berkembang akhir-akhir ini, tidak ada salahnya kita kembali mengkaji nash kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali, Imam Ahlussunnah Waljamaah dalam bidang tasawwuf. Apa tanggapan beliau tentang bagaimana sikap seharusnya dalam menghadapi pemimpin yang zalim. Apakah dengan caci maki? Berikut nash dan terjemahannya
BangkitnyaKejayaan Islam di Akhir Zaman. "Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun 'ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta'aala mengangkatnya, kemudian datang periode
Merekayang memilih pemimpin yang zalim juga dikira sebagai orang yang zalim. Dalam erti kata yang lain segala sokongan terhadap dosa si pelaku kezaliman adalah satu pembabitan yang dihukumkan sama dosanya terhadap si penyokong. Jika kita membaca hadith-hadith Nabi s.a.w kita akan dapati bahawa pihak yang benar di akhir zaman nanti ialah
Kepemimpinanislam sendiri memiliki banyak sekali syarat dan kriteria dan bisa dilihat di hadits tentang pemimpin. Hal ini karena pemimpin memikul tanggung jawab besar yang akan ditanya oleh ALLAH SWT kelak. Beberapa kriteria pemimpin yang baik menurut islam adalah ia harus bijaksana, bertanggung jawab, jujur, memegang amanah, cerdas dan adil.
Sebaliknya negara yang zalim akan binasa sekalipun ia negara Islam. "Yang benar itu ya pemimpin Muslim yang jujur dan adil. Tetapi kalau tidak ada, secara darurat dan terpaksa kita boleh memilih pemimpin non-Muslim yang memiliki integritas," kata Cak Duki. Kalaupun sampai terjadi, kekuasaan pemimpin non-Muslim tetap terpantau.
wEjR5. loading...Salah satu tanda akhir zaman adalah banyaknya orang membela pemimpin yang zalim. Foto/Ilustrasi Ist Salah satu tanda akhir zaman adalah banyaknya orang yang membela penguasa zalim. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabdaيَكُونُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ -أَوْ قَالَ يَخْرُجُ رِجَالٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ فِـي آخِرِ الزَّمَانِ- مَعَهُمْ أَسْيَاطٌ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ الْبَقَرِ يَغْدُونَ فِي سَخَطِ اللهِ وَيَرُوحُونَ فِي غَضَبِهِ.“Akan ada pada umat ini di akhir zaman orang-orang -atau beliau bersabda, Akan keluar beberapa orang dari umat ini di akhir zaman-, mereka membawa cambuk-cambuk bagaikan ekor sapi, mereka pergi di pagi hari dengan kemurkaan Allah dan pulang pada sore hari dengan kemarahan-Nya.” Musnad Imam AhmadPada riwayat ath-Thabrani dalam al-Kabiirسَيَكُوْنُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ شُرْطَةٌ يَغْدُوْنَ فِـي غَضَبِ اللهِ، وَيَرُوْحُوْنَ فيِ شَخَطِ اللهِ، فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُوْنَ مِنْ بِطَانَتِهِمْ.“Akan ada di akhir zaman para penegak hukum yang pergi dengan kemurkaan Allah dan kembali dengan kemurkaan Allah, maka hati-hatilah engkau agar tidak menjadi kelompok mereka.” Ithaaful Jamaa’ah Baca Juga Dr Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam kitab Asyraathus Saa’ah menjelaskan telah datang ancaman dengan Neraka bagi kelompok manusia seperti ini, yaitu mereka yang menganiaya menyiksa kaum muslimin tanpa Muslim juga meriwayatkan dari Abu Hurairah ra , beliau berkata, “Rasulullah SAW bersabdaصِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّـارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَـرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ…Ada dua kelompok dari penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; satu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuk manusia….’” Shahih MuslimAn-Nawawi mengatakan hadis ini adalah di antara mukzijat Nabi Muhammad SAW. Sungguh, telah terbukti apa yang dikabarkan oleh beliau SAW, adapun orang-orang yang membawa cambuk adalah pengawal-pengawal penguasa yang berbuat kezhaliman.”Nabi SAW berkata kepada Abu Hurairah raإِنْ طَالَتْ بِكَ مُدَّةٌ أَوْشَكْتَ أَنْ تَرَى قَوْمًا يَغْدُونَ فِـي سَخَطِ اللهِ وَيَرُوحُونَ فِي لَعْنَتِهِ فِي أَيْدِيهِمْ مِثْلُ أَذْنَابِ الْبَقَرِ.“Jika umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat satu kaum yang pergi pada pagi hari dengan kemurkaan Allah dan pulang pada sore hari dengan laknat-Nya, di tangan-tangan mereka ada cambuk bagaikan ekor sapi.” Shahih Muslim Baca Juga Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata, “Rasulullah SAW bersabdaيَكُوْنُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ هُمْ شَرٌّ مِنَ الْمَجُوْسِ.Niscaya akan ada para pemimpin yang memimpin kalian, mereka lebih jelek daripada orang Majusi.’” HR. Ath-ThabraniPrediksi Rasulullah SAWRasulullah SAW telah memprediksi akan adanya penguasa yang memonopoli harta kaum Muslim, tetapi tidak diberikan kepada orang-orang yang berhak atas harta tersebut. Hal ini merujuk pada hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim dalam kitab Riyadush Shalihin karya Imam Nawawi.
loading...Allah SWT telah memperingatkan bahwa para penguasa atau mereka yang berkuasa tidak boleh berbuat semena-mena dan zalim, karena dosanya sangat besar. Foto ilustrasi/ist Sejak kepemimpinan Khulafaúr Rasyidin hingga sekarang, masih saja ada pemimpin zalim yang mencederai umatnya. Hal itu diketahui karena ada banyak penyimpangan dan pelanggaran yang dibuat, sebut saja seperti otoriter dan juga koruptor. Sudah menjadi hal yang biasa ketika seorang pemimpin banyak ujiannya. Namun penyimpangan dan pelanggaran itu tidak akan dilakukan jika pemimpin telah dibekali moral, akhlak dan kemampuan yang mumpuni. Pemimpin sudah sepantasnya harus bersikap adil, jujur dan tidak bertindak semena-mena. Allah SWT telah memperingatkan kepada para pemimpin untuk tidak berbuat zalim . Perintah tersebut termaktub dalam Surah Asy Syura ayat ke-42, اِنَّمَا السَّبِيۡلُ عَلَى الَّذِيۡنَ يَظۡلِمُوۡنَ النَّاسَ وَ يَبۡغُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ بِغَيۡرِ الۡحَقِّؕ اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌArtinya Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa mengindahkan kebenaran. Mereka itu mendapat siksa yang pedih. Rasulullah SAW mengatakan, setiap orang adalah pemimpin dan mereka akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya itu. Dalam hadis lain, disebutkan, “Barang siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum Muslim, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, menutup perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka. Allah akan menutupi diri-Nya, tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.” Diriwayatkan dari Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Maryam.Lebih dari itu, dalam sebuah ungkapan yang dikatakan, ”Sayyid al-Qawm khaadimuhu.” Pemimpin sebuah kaum adalah pelayan bagi kaumnya. Oleh karenanya, mereka tidak boleh melakukan kezaliman pada orang-orang yang dipimpinnya, semua kebijakan yang dibuatnya harus mengacu pada kepentingan umat atau apabila terdapat seorang pemimpin yang mengkhianati amanat yang diberikan kepadanya, dosa besar dan azab yang pedih akan ditimpakan kepadanya. Dalam kitab al-Kaba`ir ini, Adz-Dzahabi juga telah menyebutkan dosa besar bagi hakim yang zalim. Yakni, memutuskan suatu perkara tanpa memenuhi rasa keadilan sebagaimana ditetapkan Alquran. ”Allah tidak akan menerima shalat seorang pemimpin yang tidak berhukum dengan apa yang telah diturunkan Allah.”Begitu juga kepada mereka yang senantiasa melakukan sogok suap-menyuap dan korupsi. ”Sesungguhnya Allah melaknat orang yang memberi suap dan menerimanya dalam memutuskan suatu perkara.” HR Tirmidzi, Ibnu Hibban,danHakim. Baca Juga Wallahu A'lam wid
ilustrasi. sumber Setiap pemimpin akan diminta untuk bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Baik ia seorang pemimpin dirinya sendiri, kepala rumah tangga bagi seluruh anggota keluarganya, pemimpin di masyarakat, kepala desa, pemimpin di sebuah kecamatan, kota, kabupaten, provinsi, bahkan sebuah negara. Di mana dan sebagai apa pun kita saat menjadi pemimpin, janganlah bersikap zalim. Berlakulah dengan adil sesuai kemampuan terbaik yang dimiliki. Sebab para pemimpin zalim pasti mendapatkan akhir kisah yang amat mengenaskan, dan kegetiran hidupnya akan senantiasa dibicarakan oleh umat manusia hingga akhir zaman. Namanya Adhudud Daulah bin Buwaih. Di dalam bukunya, Kisah-Kisah Inspiratif, Dr Aidh al-Qarni menyebutkannya sebagai seorang pempimpin besar yang berlaku zalim. Suatu ketika, dia mengumpulkan banyak pembesar kerajaan. Mereka duduk mengelilingi sang penguasa sembari menenggak minuman yang memabukkan, khamr. Beberapa jenak setelah mereka memulai minum, hujan turun dengan lebat. Lantas sang pemimpin zalim ini menyenandungkan syair yang menunjukkan kepongahannya. Tidaklah meminum khamr lebih indah, kecuali di waktu hujan turun daripada ditemani wanita genit lagi bermata jeli Adhudud Daulah, pemimpin umat manusia Hakim umat dan penakluk takdir Sombong adalah selendang Allah Ta’ala dan sifat-Nya yang mulia. Tak seorang pun makhluk yang dibiarkan bersikap sombong. Iblis menjadi bukti, betapa Allah Ta’ala lekas menyampaikan azab kepada hamba-Nya yang bersikap sombong. Setali tiga uang dengan iblis, Fir’aun, Namrud, Qarun, Haman, dan seluruh manusia yang berlaku sombong mendapatkan nasib yang mengenaskan. Mereka ditimpa azab yang menyesakkan dada hingga merenggut nyawanya dalam keadaan yang paling buruk. Terkait Adhudud ini, Dr Aid al-Qarni melanjutkan penuturannya, “Allah Ta’ala pun menimpakan penyakit, kehinaan, dan kemiskinan kepadanya. Dia mati dalam keadaan terpuruk, hati yang tersiksa, dan seburuk-buruk tempat kembali.” Mari memeriksa hati. Jangan biarkan sombong bersemayam, meski seberat biji sawi yang paling ringan. Enyahkan sikap buruk itu dengan senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala, menyadari asal penciptaan, kesalahan diri, kotornya badan, dan akhir yang akan dihadapi setelah kematian. Tidaklah sombong seorang hamba yang mengenakan pakaian terbaik, sebab menunjukkan karunia Allah Ta’ala kepada makhluk dengan niat kebaikan adalah ibadah. Tetapi mereka yang menolak nasihat dan merasa benar itulah kesombongan yang sesungguhnya. Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]